Senin, 04 Agustus 2008

Malaikat Pelindung

Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan.
Maka, ia bertanya kepada Tuhan. "Ya Tuhan, Engkau
akan mengirimku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih
sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan
melindungiku disana?".
Tuhanpun menjawab. "Diantara semua malaikat -Ku, Aku
akan memilih seorang yang khusus untukmu. Dia akan
merawatmu dan mengasihimu." Si kecil bertanya lagi,
"Tapi, disini, di surga ini, aku tak berbuat apa -apa, kecuali
tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku
bahagia. Tuhanpun menjawab, "Tak apa, malaikatmu itu,
akan selalu menyenandungkan lagu untukmu, dan dia
akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan
merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti
akan membuatmu bahagia." Namun si kecil bertanya lagi,
"Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku
tak tahu bahasa yang mereka pakai?
Tuhanpun menjawab, "Malaikatmu itu, akan
membisikkanmu kata -kata yang paling indah, dia akan
selalu sabar ada disampingmu, dan dengan kasihnya, dia
akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa
manusia." Si kecil bertanya lagi, "Lalu, bagaimana jika aku
ingin berbicara padamu, ya Tuhan?"
Tuhanpun kembali menjawab, "Malaikatmu itu, akan
membimbingmu. Dia akan menengadahkan tangannya
bersamamu, dan mengajarkanmu untuk berdoa." Lagi -
lagi, si kecil menyelidik, "Namun, aku mendengar, disana,
ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan
melindungiku?
Tuhanpun menjawab, "Tenang, malaikatmu, akan terus
melindungimu, walaupun nyawa yang menjadi
taruhannya. Dia, sering akan melupakan kepentinganya
sendiri untuk keselamatanmu." Namun, si kecil kini malah
sedih, "Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu
lagi.
Tuhan menjawab lagi, "Malaikatmu, akan selalu
mengajarkamu keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu,
bagaimana agar selalu patuh dan taat pada -Ku. Dia akan
selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku. Walau
begitu, Aku akan selalu ada disisimu."
Hening. Kedamaianpun tetap menerpa surga. Namun,
suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup -sayup.
"Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong, sebutkan
nama malaikat yang akan melindungiku...."
Tuhanpun kembali menjawab. "Nama malaikatmu tak
begitu penting. Kamu akan memanggilnya dengan
sebutan: Ibu..."

Bersyukurlah Pada Apa Saja

Anda wajib mensyukuri apa pun yang menimpa anda. Ini
bukan masalah keberuntungan. Bersyukur menuntun
anda untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari
hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa anda tidak
realistis. Namun, sebenarnya sikap anda jauh lebih
realistis, yaitu membebaskan diri anda dari kecemasan
atas kesalahan.

Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan
penuh antusias. Tak ada yang meringankan hidup anda
selain sikapbersyukur. Semakin banyak anda bersyukur
semakin banyak anda menerima.Semakin banyak anda
mengingkari, semakin berat beban yang anda jejalkan
pada diri anda. Kebanyakan orang lebih terpaku pada
kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang
melihat pada keberhasilan lalu mensyukurinya. Karena,
anda takkan pernah berhasil dengan menggerutu dan
berkeluh kesah.Anda berhasil karena berusaha.
Sedangkan usaha anda lakukan karena anda melihat sisi
positif. Hanya dengan bersyukurlah sisi positif itu tampak
di pandangan anda.

Tindakan Kita Sebatas Kita Memandang Dunia

Bila anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak
sempit, dan tindakan anda pun jadi kerdil.
Namun, bila anda memandang diri anda besar, dunia
terlihat luas, anda pun melakukan hal -hal penting dan
berharga.
Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat
dunia. Sementara dunia anda tak lebih luas dari pikiran
anda tentang diri anda sendiri. Itulah mengapa kita
diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar
kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras
dengan kebaikan -kebaikan yang ada dalam pikiran
kita.Padahal dunia tak butuh penilaian apa-apa dari kita. Ia
hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat. Ia
menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut
menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi
diri kita sendiri.

Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau
negatif terhadap diri sendiri. Melampaui di atas itu, kita
perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan, dunia pun
menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi di
balik penilaian-penilaian kita.